Jakarta, Indonesia, 18 Februari - Polusi udara PM2.5 (partikulat dengan ukuran diameter 2,5 mikron atau lebih kecil) menjadi penyebab sekitar 160.000 kematian di lima kota terpadat di dunia pada tahun 2020, menurut analisis Greenpeace Asia Tenggara IQAir data dari siaran langsungEstimator Biaya.1,2 Sementara beberapa kota mengalami peningkatan kecil dalam kualitas udara sebagai akibat dari penguncian akibat COVID-19 (penyakit serius, seringkali fatal, yang disebabkan oleh virus SARS-CoV-2), dampak polusi udara yang merusak menggarisbawahi perlunya meningkatkan energi bersih dengan cepat, membangun sistem transportasi yang dapat diakses dengan listrik, dan mengakhiri ketergantungan pada bahan bakar fosil.
"Ketika pemerintah memilih batu bara, minyak dan gas daripada energi bersih, maka kesehatan kita yang akan membayar harganya. Polusi udara dari pembakaran bahan bakar fosil meningkatkan kemungkinan kita meninggal karena kanker atau stroke,menderita serangan asma dan mengalami COVID-19 yang parah. Kita tidak bisa terus menghirup udara kotor ketika solusi untuk mengatasi polusi udara tersedia secara luas dan terjangkau," ujar Avinash Chanchal, juru kampanye iklim di Greenpeace India.
Delhi mengalami sekitar 54.000 kematian yang dapat dihindari akibat polusi udara PM2.5 pada tahun 2020, atau satu kematian per 500 orang. Jakarta mengalami sekitar 13.000 kematian yang dapat dihindari akibat polusi udara PM2.5 pada tahun 2020 dan mengalami kerugian akibat polusi udara sebesar USD 3,4 miliar, atau setara dengan 8,2% dari total Produk Domestik Bruto (PDB) kota tersebut.
Pada tahun 2020, perkiraan kerugian ekonomi akibat polusi udara PM2.5 melebihi USD 5 miliar di 14 kota yang termasuk dalam analisis. Dari kota-kota yang termasuk dalam analisis, estimasi total biaya keuangan tertinggi dari polusi udara tercatat di Tokyo, yang mengalami sekitar 40.000 kematian yang dapat dihindari dan kerugian ekonomi sebesar USD 43 miliar akibat polusi udara PM2.5 pada tahun 2020. Los Angeles mencatat biaya finansial per kapita tertinggi dari polusi udara PM2.5 dari semua kota dalam estimasi, yaitu sekitar USD 2.700 per penduduk.
Perkiraan dampak polusi udara di lima kota terbesar di dunia (2020)
Nama | Populasi | Perkiraan Kematian | Perkiraan Biaya (USD) |
Delhi | 30 juta | 54,000 | 8,1 miliar |
Kota Meksiko | 22 juta | 15,000 | 8,0 miliar |
São Paulo | 22 juta | 15,000 | 7,0 miliar |
Shanghai | 26 juta | 39,000 | 19 miliar |
Tokyo | 37 juta | 40,000 | 43 miliar |
Greenpeace mendesak agar pemerintah di semua tingkat berinvestasi pada sumber energi terbarukan, seperti energi angin dan matahari, serta transportasi umum bertenaga energi bersih yang mudah diakses untuk melindungi penduduk dari polusi udara yang mematikan.
"Bernapas seharusnya tidak mematikan. Fakta bahwa kualitas udara yang buruk telah merenggut sekitar 160.000 nyawa di lima kota terbesar saja seharusnya membuat kita berhenti sejenak, terutama di tahun ini ketika banyak kota mengalami penurunan tingkat polusi udara karena berkurangnya aktivitas ekonomi. Pemerintah, perusahaan, dan individu harus berbuat lebih banyak untuk menghilangkan sumber polusi udara dan menjadikan kota-kota kita tempat yang lebih baik untuk ditinggali," kata Frank Hammes, CEO IQAir.
"Di sebagian besar belahan dunia, membangun infrastruktur energi bersih kini lebih murah daripada terus berinvestasi pada bahan bakar fosil yang menimbulkan polusi, bahkan sebelum memperhitungkan biaya polusi udara dan perubahan iklim. Ketika pemerintah berupaya untuk pulih dari dampak ekonomi COVID, mereka harus menciptakan lapangan kerja ramah lingkungan, membangun sistem transportasi umum bertenaga energi bersih yang mudah diakses, dan berinvestasi dalam sumber energi terbarukan seperti angin dan matahari. Kami menuntut keadaan yang lebih baik, tidak hanya demi udara kita, tetapi juga untuk mengatasi banjir, gelombang panas, dan badai yang semakin parah yang kita alami sebagai akibat dari perubahan iklim," ujar Bondan Andriyanu, Juru Kampanye Greenpeace Indonesia.
The number one air cleaning solution for your home.
Lorem ipsum Donec ipsum consectetur metus a conubia velit lacinia viverra consectetur vehicula Donec tincidunt lorem.
TALK TO AN EXPERTArticle Resources
Article Resources